Senin, 04 Januari 2016

 01.34      No comments
            
Pendidikan adalah unsur terpenting dalam kehidupan manusia. Manusia tidak akan bisa berkreasi dan menghasilkan sesuatu tanpa ada dasar pendidikan. Pendidikan tidak hanya bersifat formal, namun juga bisa bersifat informal. Sayangnya, yang terjadi saat ini adalah banyaknya kerancuan yang terjadi di dalam sistem pendidikan negara kita.
            Indonesia adalah negara dengan kualitas pendidikan yang masih jauh dari standar dunia, bahkan kalah oleh negara tetangga seperti Malaysia dan Vietnam. Padahal, saat awal kemerdekaan, Indonesia banyak mengirimkan guru untuk Malaysia. Ironisnya, justru kualitas pendidikan di Indonesia semakin hari terasa semakin menurun. Perubahan kurikulum yang menjadi rutinitas dan program kerja pemerintah seakan membuktikan jika pemerintah tidak memiliki visi untuk memajukan pendidikan di negeri ini.
            Mayoritas negara di dunia, khususnya Indonesia masih menerapkan satu pola pikir yang seharusnya di zaman modern ini tidak lagi digunakan, yaitu “nilai adalah prestasi”. Nilai, indeks prestasi yang berupa angka ini masih menjadi standar untuk mengukur kualitas pelajar. Jika nilai pelajar tersebut bagus, otomatis dikatakan pintar. Namun sebaliknya, jika nilai pelajar tersebut buruk, akan dikatakan bodoh.
            Sejatinya, manusia di dunia ini diciptakan berbeda-beda dan memiliki jenis kecerdasan yang berbeda pula. Manusia di dunia ini tidak ada yang bodoh atau pintar. Namun, yang membedakan seolah seseorang pintar atau bodoh adalah media. Media di sini bukan berarti seperti koran atau TV, tetapi tempat untuk menyalurkan kemampuan. Berbagai jenis kecerdasan di sini tidak semua mampu ditampung.

            Inilah yang terjadi di negara kita. Jika kita perhatikan, sekolah-sekolah mulai dari SD hingga SMA hanya berisi teori dan eksak. Lebih mirisnya, bahkan anak TK zaman sekarang sudah harus dituntut untuk meraih nilai bagus. Ini sama saja dengan menjajah kehidupan masa kecil mereka. Apakah untuk menjadi anak pintar di masa depan harus dijajah dahulu masa kecilnya?
            Sistem pendidikan yang hanya menyuguhkan teori dan eksak tidak menampung bakat-bakat yang dimiliki oleh masing-masing pelajar. Para pelajar yang memang memiliki kecerdasan aritmatik akan pasti mudah menghadapi materi eksak. Bagaimana dengan yang memiliki kecerdasan musik? Ekstrakulikuler pasti menjadi jawabannya. Ya, tapi bagaimana dengan kelanjutan selanjutnya? Apakah lantas dia bisa berjalan sesuai bakat dan keinginannya? Saya rasa tidak. Mereka pasti akan terpaku untuk mengikuti sistem, atau mengikuti keinginan orang tuanya, semisal untuk menjadi dokter.
            Akhirnya yang akan terjadi adalah keinginan para pelajar untuk bisa meraih nilai setinggi mungkin untuk mencapai keinginan semunya dengan berbagai cara. Jalan keluar yang diputuskan adalah menyontek atau jika memiliki uang lebih bisa melakukan cuci rapot. Mirisnya, hal seperti ini lumrah terjadi di dunia pendidikan Indonesia, di tempat yang seharusnya mendidik dan mengajari pelajar untuk berbuat baik.
            Sadarkah hal seperti di atas adalah perbuatan cikal bakal untuk menjadi koruptor? Memanipulasi nilai, melakukan grativikasi, dan ingin meraih segalanya dengan berbagai cara adalah perbuatan yang biasa dilakukan oleh para koruptor serta antek-anteknya. Jika pada tempat pendidikan sendiri mengajarkan dan melakukan hal yang curang atau tidak etis, bukankah sia-sia pemerintah ingin memberantas korupsi?  
            Sistem pendidikan kita telah membentuk pola pikir masyarakat yang menganggap bahwa nilai sangat penting untuk prestasi ke depan yang akhirnya masyarakat akan mencari segala cara untuk bisa mendapatkan nilai tersebut. Beberapa orang tua yang telah berpikir jauh ke depan akan memahami bakat dan kemampuan yang dimiliki oleh sang anak. Namun berbeda dengan orang tua yang masih menganut sistem lama yang menganggap nilai dan ijazah akan menentukan kesuksesan seseorang.
            Kalau kita melihat sistem pendidikan ala negara Barat, anak-anak akan dilihat potensi yang dimilikinya oleh para guru di sana. Mereka lebih mementingkan seberapa besar kemampuan anak yang dimiliki daripada berapa besar nilai yang diraih anak tersebut di dalam mata pelajaran. Makanya, negara-negara barat terutama Eropa banyak menghasilkan bibit unggul sesuai dengan kemampuan masing-masing, dan menghasilkan lulusan yang sudah terspesialisasi.
            Di Indonesia, kita bisa menerapkan sistem pendidikan ala barat. Namun bukan berarti kita “membarat-baratkan” lembaga pendidikan seperti pernahnya diterapkan sistem RSBI. Penerapan yang dimaksud adalah dengan mencari dan menggali potensi para pelajar Indonesia serta mengembangkannya agar siap menjadi lulusan yang berkualitas. Sistem pendidikan yang baik adalah yang bisa mengayomi setiap kecerdasan masing-masing orang agar bisa berkembang dan diterapkan di dalam kehidupan. Seperti contoh, ketika ada seorang pelajar yang memiliki kecerdasan lebih dalam hal seni, lembaga pendidikan, dalam hal ini sekolah, harus bisa membimbing pelajar tersebut agar bakatnya bisa tersalurkan dan menjadi seseorang yang sukses karena bakatnya tersebut.
            Lembaga pendidikan tidak bisa egois dan tidak bisa berambisi untuk meningkatkan mutu pendidikannya hanya melalui sebuah nilai. Ambisi semu tersebut hanya melahirkan generasi “pencari nilai” yang menggunakan segala cara agar keinginannya tercapai. Sekolah yang bagus adalah sekolah yang banyak melahirkan dan menciptakan lulusan yang berpotensi dalam bakatnya. Inilah yang harus diperbaiki dan dijadikan bahan evaluasi untuk sistem pendidikan Indonesia ke depannya.
            Tidak hanya dari lembaga pendidikan, peran orang tua pun penting dalam menciptakan sebua sistem pedidikan yang ideal. Orang tua yang memahami anak adalah orang tua yang bisa mendukung kemampuan anaknya dan tidak berambisi menjadikan anaknya seperti apa yang diinginkannya. Biarkan anak berkreasi dan mengeksplor kemampuannya, dan sebagai orang tua harus mendukungnya. Dengan adanya dukungan dari kedua belah pihak, yakni lembaga pendidikan dan orang tua, akan tercipta sebuah sistem pendidikan yang baik, ideal, dan menciptakan generasi penerus yang unggul dan terspesialisasi.


Referensi : http://writing-contest.bisnis.com oleh Pradanaputra,Fauzi

0 komentar:

Posting Komentar

Apa tema artikel yang paling Anda suka?

Waktu

Translate

Thanks for visiting

Thanks for visiting
Jangan lupa tersenyum :)

Total Tayangan Halaman

Popular Posts

Recent Posts

Unordered List

Text Widget